Idealnya sebuah lembaga pendidikan memang bisa berperan sebagai ’’laboratorium kehidupan dan alam semesta” yang berskala mini. Meskipun mewujudkan lembaga yang ideal tidak mudah dan membutuhkan biaya yang sangat tinggi, langkah-langkah yang realistis ke arah itu dapat ditempuh. Pertama, menjadikan kampus sebagai ’’indigo society”, di mana proses belajar mengajar dan bermain menjadi satu. Seperti dalam kehidupan sosial anak-anak, mereka belajar melalui bermain dan bermain lewat belajar. Dalam bermain ini, mereka melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal dan berbagi pengalaman dengan teman-temannya.

Di dalam kampus, indigo society dapat terwujud melalui keterlibatan mahasiswa dalam berbagai kegiatan di unit-unit penelitian, unit-unit usaha, unit-unit kegiatan mahasiswa, dan unit-unit pemberdayaan masyarakat. Ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk banyak berlatih, bereksplorasi, dan berinteraksi lebih dekat dengan para dosen.

Yang kedua, berpegang pada prinsip relevance bahwa apa-apa yang menjadi pokok bahasan di dalam kampus juga –kurang lebih– merupakan apa-apa yang dibahas dalam konteks sosial yang lebih luas, meskipun dengan kedalaman dan kekompleksan yang berbeda.

Yang ketiga adalah menjadi ’’gaul”. Kemampuan bergaul adalah sejenis kemampuan/keterampilan untuk menjalin hubungan antarpersonal. Ini mencakup kemampuan untuk mendengarkan dan memahami orang lain dan kemampuan untuk membuat diri sendiri bisa dimengerti oleh orang lain. Sarana utama dalam bergaul adalah komunikasi dan ’’kunci” bagi komunikasi adalah to listen. Di dalam kampus ’’gaul” dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak dan memperkaya bentuk forum-forum interaksi antarmahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen, antara siswa, serta karyawan dengan dosen. Interaksi-interaksi ini diupayakan untuk bisa berlangsung dalam suasana yang rileks tapi tanpa mengurangi keseriusan, terbuka, dan akrab. Dalam situasi demikian, seseorang tidak akan mengalami hambatan psikologis untuk berusaha lebih mengenal orang lain ataupun untuk memperkenalkan diri.

Dalam konteks ini, institusional pendidikan perlu mampu mencapai academic excellence yang terus-menerus memotivasi, baik para mahasiswa, para dosen, maupun segenap tenaga pendukung pendidikan. Untuk mencapai tersebut perlu dikembangkan sistem manajemen mutu, menghidupkan suasana ’’indigo society”, mempromosikan relevance, dan ’’gaul”.

Dengan langkah-langkah demikian, diharapkan kampus dapat berperan bukan saja sebagai ’’laboratorium kehidupan” mini, melainkan juga sebagai salah satu learning center bagi masyarakat luas untuk bisa mewujudkan dunia pendidikan yang semakin cerah dan mencerahkan.


Sumber :
http://www.manajemenpendidikantinggi.net

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.